Mengajar itu Membahagiakan (2)
Bahagianya sebagai guru adalah menjadi wasilah (jalan) sampainya ilmu pada seseorang. Sebagaimana diketahui bahwa dalam kaidah islam, Ilmu itu selalu mendahului Amal.
Mengapa demikian ?
Karena orang yang beramal tidak menggunakan ilmu, bisa jadi amalnya akan sia-sia. Misalkan saja karena ingin mendapatkan pahala yang lebih banyak, maka mengerjakan sholat subuh ditambah rakaatnya menjadi 4 rakaat. Inilah gambaran beramal tanpa ilmu, padahal aturannya sholat Subuh sejak diwajibkan hingga hari kiamat tetap 2 rakaat banyaknya.
Nah, di sinilah guru menyampaikan ilmu agar seseorang benar dalam beramal. Yang dimaksud benar bukan hanya dalam mengerjakannya, tetapi juga benar niatnya, benar cara melakukannya dan benar tujuan akhir dalam beramal.
Selayaknya seorang guru yang beriman, maka saat menyampaikan ilmu kepada seseorang diharapkan ilmu yang disampaikan mampu menghantarkan seorang murid mengenal Tuhannya. Dengan lain kata mampu memahamkan seseorang tentang konsep Ma’rifatulloh.
Sebagai contoh seorang guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang mengajar tanpa pengenalan terhadap Alloh (ma’rifatulloh), ia hanya akan menyampaikan bahwa “Matahari adalah sumber energi”, namun berbeda dengan seorang guru yang telah dilandasi dengan pemahaman Ma’rifatulloh. Ia akan menjelaskan bahwa “Alloh SWT menciptakan Matahari sebagai sumber Energi”.
Contoh lain seorang guru Matematika ketika menyampaikan pembahasan tentang trigonometri dapat dijelaskan bahwa penemuan sinus dan cossinus adalah seorang ilmuwan muslim, Ibnu Jabbir al Battani. Atau penemu rumus persamaan akar kuadrat (Rumus ABC) Aljabar, yaitu Al Khawarizmi yang juga seorang ilmuwan muslim. Dan masih banyak lagi beberapa bagian ilmu pengetahuan yang selalu dapat didekatkan dengan pemahaman Ma’rifatulloh.
Inilah beberapa hal yang perlu direnungkan oleh seorang guru dalam mengajarkan ilmunya kepada para murid, sehingga saat ilmu mengenal Alloh ini disematkan juga pada pembelajaran yang disampaikan semoga dapat menghasilkan murid-murid yang pandai, cerdas namun sekaligus memiliki aqidah yang lurus, ibadah yang benar dan akhlak yang mulia. Jika ini yang dihasilkan, maka cukuplah hal ini membuat seorang guru bahagia, karena ilmu yang diajarkannya menjadi ilmu yang bermanfaat, dan murid yang dihasilkan adalah murid yang sholih dan sholihat.
Untuk itu sangat amat disayangkan apabila visi seorang guru hanya sebatas visi duniawi saja, padahal ada hal yang lebih besar lagi yaitu visi akhirat, agar ilmu yang disampaikan manfaat dan murid yang dihasilkan adalah murid yang bertaqwa kepada Alloh SWT, Dzat pemberi ilmu itu sendiri. Jika ini yang diakukan, maka masihkan mengajar adalah sesuatu yang memberatkan?
Maka, selayaknya MENGAJAR itu MEMBAHAGIAKAN !
Wallohu A’lam Bishshowwab.
(imam_ns)
_____________
*) Penulis adalah Guru SMPIT As Syifa Boarding School
Dikutip dari : http://hepiberbagi.blogspot.co.id/2016/05/mengajar-itu-membahagiakan-2.html