Catatan Penerimaan Murid Baru 2016 Pelajaran Berharga dibalik PMB Assyifa 2016
by : Abdullah Muadz
AS-SYIFA BOARDING SCHOOL – Minat masyarakat untuk mendaftar Assyifa semakin tidak terbendung lagi. Seluruh karyawan dan tenaga kependidikan Assyifa harus kerja Marathon dan hati hati untuk bisa mengakomodir berbagai kepentingan, tentu saja tidak bisa semuanya bisa diakomodir. Setelah melalui serangkaian kerja marathon yang sangat melelahkan sejak dari November 2015 melayani Calon Orang Tua Santri yang ingin mendaftarkan anaknya ke Assyifa yang mencapai lebih dari 2.600 Pendaftar, sementara daya tampung cuma tersedia kurang lebih 500 kursi saja. setelah ditutup pendaftran pun masih banyak orang tua yang datang karena tertinggal informasinya. Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil, adalah sebagai berikut :
Pertama :
Kami belum bisa mengkomodir bahkan masih jauh dari kemampuan untuk memenuhi semua keinginan dan tuntutan masyarakat pendaftar yang begitu banyak. Kebutuhan sekolah / lembaga pendidikan boarding yang dianggap sebagai alternatife yang lebih baik, masih sangat kurang jumlahnya. Tidak seimbang dengan peminat yang begitu banyak. Berbagai kalimat keluhan, permohonan dengan nada mengiba sangat menyayat hati kami, tidak tega rasanya membiarkan antusias masyarakat yang begitu tinggi.
Kedua :
Kesadaran orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di boarding school itu sangat banyak jumlahnya dan terus bertambah. Ketika seorang minta agar anaknya diprioritaskan diterima di Assyifa, maka akan ada orang tua lain yang juga minta diprioritaskan, yang jumlahnya jauh melebihi kapasitas yang kami miliki. Kalo orang tua punya alasan mengapa anaknya perlu diprioritaskan, maka akan ada orang tua yang lain pula mengemukakan alasan yang sama, untuk bisa diprioritaskan. Jika ini tidak kita sadari dan fahami, maka munculah suu’ zhon, bahkan lontaran kalimat yang tidak enak didengar, ketika anaknya belum bisa kami diterima. Kami sikapi dengan positif, itu karena mereka terlalu tinggi pengharapannya kepada Assyifa. Sementara kami belum punya solusinya untuk mengobati kekecewaan dari para calon yang belum bisa kami tampung.
Ketiga
Kini lembaga Pesantren pamornya meningkat, tidak lagi menjadi tempat buangan seperti zaman dahulu. Seiring dengan kecemasan orang tua terhadap nasib anak-anaknya di masa mendatang, terlebih ditengah-tengah lingkungan yang sudah carut marut seperti ini, maka Pesantren manjadi lembaga alternatif tempat orang tua menitip anaknya sehingga hatinya menjadi lebih tenang. Apalagi bagi mereka yang kedua orang tuanya bekerja, maka pesantren seolah menjadi pilihan yang tepat untuk pendidikan anak-anak mereka
Keempat
Menjadi tantangan tersendiri bagi pengurus pesantren untuk menjaga amanah orang tua yang menyerahkan anaknya. Mereka menitip anaknya bukan sekedar dititip badan atau fisiknya saja. Jika hanya itu maka pesantren tidak lebih dari sekedar peternakan manusia. Mereka menitip anaknya untuk ditumbuh kembangkan dalam semua aspek kehidupannya, baik itu aspek jasadiyah, fikiriyah juga aspe ruhiyah atau ruhaninya. Jika pengurus lembaga pesantren menyadari akan amanah yang diembannya ini, harus sangat hati-hati dalam mengelola pesantren juga harus sangat serius serta fokus dalam mengurusnya.
Kelima :
Sistem Penerimaan Murid Baru (PMB) di Assyifa memakai SK Yayasan mulai dari kepanitiaannya sampai pedomannya, diberikan tembusan kesemua fihak yang bersangkutan, dilihat oleh banyak orang. Sehingga terlihat indah apabila semua fihak mau mematuhinya. Tetapi kalo terlalu banyak intervensi untuk minta dispensasi maka rusaklah system yang kita bangun.. omong kosong kita bisa membangun negeri yang baik, kalau system yang kecil ini tidak bisa kita jaga.. lagi lagi kita berhadapan dengan banyaknya keinginan yang minta terpenuhi, dan terbatasnya kemampuan kita untuk bisa mengakomodir semuanya.
Keenam :
System PMB yang kami buat sudah cukup komprehensif, melihat semua semua aspek penilaian, sehingga faktor kelulusan tidak hanya ditinjau dari satu aspek saja. Jika setelah disekor semua hasil penilaian calon murid itu ada di wilayah aman (papan atas) maka dialah yang paling berhak mendapatkan kursi di assyifa tanpa melihat apapun latar belakangnya, maka kami berupaya menjaga dan mengamankan agar tidak di intervensi, supaya tidak berubah atau tergeser. Pedebatan panitia dalam menentukan kelulusan hanya di wilayah skor papan tengah, karena harus dilihat banyak faktor pertimbangannya sehingga untuk menentuka kelulusan satu orang saja butuh perdebatan panjang.
Ketujuh :
Ada hasil tes akademis yang nilainya sangat miris. Yang sulit kami perjuangkan dengan alasan apapun, apakah karena orang tua sibuk, atau dengan alasan multiple intelegent, bahwa anak itu punya kecerdasan lain… sementara kami punya dua kesimpulan. Pertama orang tuanya yang sangat lalai mendidik anaknya, kedua atau anak itu yang tidak mau masuk di assyifa jadi sengaja jawabannya dibuat salah… jika dipaksakan juga harus masuk di Assyifa peluang besar akan tidak mampu mengikuti program dan akan minta keluar dari assyifa, sehingga mubazzir dana yang telah dikeluarkan orang tua.
Kedelapan :
Assyifa hanyalah satu diantara banyak sarana pendidikan lainnya, masih banyak alternatif sekolah boarding lainnya. Tidak kiamat kalau anak kita belum bisa diterima diassyifa. Sehingga tidak perlu dijadikan obsesi berlebihan yang menambah terpuruknya kejiwaan si anak jika tidak diterima. Orang tua memegang peranan penting dalam upaya menentramkan serta memberi ketenangan anaknya, sehingga anak tetap tegar menerima kenyataan yang ada jika belum diterima… masih banyak sekolah lain yang lebih baik..
Kesembilan :
Kita harus bisa belajar dari Reformasi, batapa pentingnya kita berpegang kepada sistem, agar semua bisa berjalan dengan rapih, teratur dan indah terlihatnya. Tetapi resiko yang harus dihadapi sistem sebagus apapun tidak bisa memuaskan semua fihak. Sehingga kalau kita berfikir rasional dan realistis, kita harus memberikan apresiasi meskipun hal itu kita yang terkena dampak ketidak nyamanan, misalnya anak kita yang termasuk tidak diterima…
Kesepuluh:
Kami mengetuk hati kepada siapa saja yang masih peduli terhadap pendidikan, untuk membangun 1001 model assyifa laiinya bukanlah personalan yang sulit, masalahnya mau atau tidak, peduli atau tidak. Kami melihat banyak lembaga pendidikan lain yang potensi dan peluangnya jauh lebih besar dari Assyifa..dan inilah faktanya lembaga lain itu :
- Pengalaman lebih panjang, sementara assyifa baru 9 tahun
- SDM berkualitas dan berpengalaman, sementara di assyifa lebih banyak ABG
nya…
- Para ownernya punya Kaliber international, dikenal di manca Negara..sehingga
sehingga punya lobby yang kuat dalam pencariaan dana. Sementara Assyifa sangat terbatas akses luar negerinya.
- Donaturnya dari berbagai Negara khususnya timur tengah. Sementara assyifa
donaturnya lebih banyak dari satu Negara saja.
Jika kita tidak peduli dan tidak mau, maka dengan mudah mencari 1001 alasan untuk mengatakan sulit, tetapi kalo kita mau dan peduli akan ada 1001 jalan dan peluang untuk merealisasikannya… Jadi modalnya adalah Kamauaan dan Kepedulian…
Kesebelas :
Semakin menambah kepercayaan kita akan janji Allah yang begitu banyak. Bahwa Allah akan memberi jalan keluar bagi orang yang bertakwa (Q.S 65 : 2 ), Allah akan menolong bagi siapa saja yang menolong agamanya (Q.S 47 : 12 ), Allah akan memberikan jalan jalanNya bagi siapa saja yang mau serius berjuan dijalanNya(Q.S 29 : 69). Allah akan menurunkan pintu keberkahan dari langit dan bumi untuk hambanya yang beriman dan bertakwa (Q.S. 7 : 96 )
Maka tidak perlu ragu-ragu lagi ketika ketika kita ingin berbuat kebaikan, terutama ketika kita mau mepertahankan Visi kerakyatan dan Keummatan, terutama dalam menetapkan Biaya Pendidikan yang dibebankan kepada Orang Tua Murid.
Keduabelas :
Hitungan matematis itu penting, untuk mengkalkulasi biaya pendidikan, tetapi tidak kemudian kita menjadi seorang yang matrialistis, tidak percaya kepada pertolongan Allah SWT, ketika kita ingin membantu sesama saudara kita. Jangan menjadikan hitungan matematis sebagai satu satunya standar untuk menetapkan pembiayaan. Apalagi ketika kita berbicara pendidikan yang jelas jelas sebuah aktifitas soasial kemanusiaan, yang dikelola oleh lembaga Nirlaba atau Non profit.
Jangan menuggu pertolongan Allah secara Riil sebelum kita mencoba memenuhi syarat-syarat yang telah Allah Tetapkan terhadap janji-janjinya, karena semua janji Allah SWT bersyarat. Mudah-mudahan kita terhindar dari sifat kaum Nabi Musa sangat matrialistik empirik, mereka baru mau percaya Tuhan kalau sudah dilihat dengan mata kepala sendiri
(Q.S. 2 : 55 )
Subang, 10 Jumadil Awal 1437 H
19 Februrari 2016-02-18